LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA | PRAKTIKUM DAYA LISTRIK
LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA
PRAKTIKUM DAYA LISTRIK
oleh :
Kelompok II
Yulia
Lestari (15312241014)
Yustar
Afif P. (15312241028)
Reni
Primastuti (15312241030)
Sonia
Sukma P. (15312241033)
Ria
Novita (15312244006)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
September, 2016
Daya Listrik
B. TUJUAN
Mengidentifikasi
pengaruh daya listrik terhadap nyala lampu
C. KAJIAN PUSTAKA
Listrik
dinamis adalah listrik yang muatannya bergerak sehingga menimbulkan arus
listrik. Pembahasan tentang listrik dan muatan listriknya dalam keadaan
mengalir disebut elektrodinamika. Terdapat 2 jenis muatan yaitu muatan positif
dan muatan negatif yang masing – masing terbentuk oleh ion – ion positif dan
negatif yang saling bergerak berlawanan arah. Arus listrik adalah muatan listrik
yang mengalir melalui penghantar dari potensial tinggi ke potensial
rendah. Arus listrik dibagi menjadi dua yaitu arus listrik yang mengalir
satu arah saja atau arus DC dan arus listrik yang mengalir bolak – balik atau
AC. Dalam penerapannya arus AC digunakan untuk penggunaan listrik dalam skala
besar sedangkan arus DC digunakan untuk peralatan elektronika dalam skala kecil
seperti penggunaan baterai, accu, dan transformeter (Sutejo, 2007).
1.
Hukum Ohm
Sebuah hambatan yang nilainya tetap
dipasang pada potensial yang besarnya berubah – ubah, maka kuat arus yang
melewati hambatan juga berubah – ubah. ”Beda potensial antara ujung – ujung
hambatan sebanding dengan besar kuat arus listrik yang melalui hambatan
tersebut”. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Ohm. Secara matematis
dituliskan sebagai berikut :
V = I . R
Keterangan :
R = hambatan
/ resistansi (𝜴)
V = beda
potensial (Volt)
I = kuat
arus listrik (A) (Sutejo, 2007).
2.
Susunan
Hambatan Listrik
Dalam suatu rangkaian listrik
umumnya kita menggunakan beberapa hambatan. Hambatan tersebut dapat disusun
secara seri, paralel, ataupun campuran (Mikrajuddin, 2007).
a.
Rangkian Seri
Rangkaian seri terdiri dari dua atau
lebih beban listrik yang dihubungkan ke satu daya lewat satu rangkaian. Rangkaian
seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Contoh yang baik
dari beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah lampu pohon natal. Dua buah
elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama
yang tidak terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan. Karena
semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri. Dalam
rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen yang
tersusun seri. Sifat-sifat rangkaian seri adalah sebagai berikut:
1) Arus yang
mengalir pada masing beban adalah sama.
2) Tegangan
sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar tahanan sama. Jumlah
penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing tahanan seri adalah
sama dengan tegangan total sumber tegangan.
3) Banyak beban
listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total rangkaian
menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir dalam rangkaian. Arus
yang mengalir tergantung pada jumlah besar tahanan beban dalam rangkaian.
4) Jika salah
satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau putus, aliran arus terhenti
(Hayt, 2005).
Prinsip dalam Rangkaian Seri adalah sebagai berikut:
1) Hambatan
total merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan serinya.
2) Kuat arus
dalam tiap-tiap hambatannya tetap dan besar kuat arus setiap hambatan sama
dengan kuat arus totalnya.
3) Beda
potensial/tegangan tiap-tiap hambatannya berbeda-beda dan hasil penjumlahan
tegangan tiap-tiap hambatannya sama dengan tegangan totalnya.
V total = V1 + V2 +.. Vn
R total = R1 + R2 + ... Rn
Contoh paling sederhana penerapan
rangkaian listrik seri dalam kehidupan sehari-hari adalah lampu hias pohon
natal yang menggunakan rangkaian elektronik & lampu LED, lampu TL atau tube lamp atau lampu neon yang masih
memakai ballast di dalam boksnya memakai rangkaian seri antara jala-jala dengan
ballastnya, dalam setrika listrik dan kulkas ada rangkaian seri dengan bimetal.
b.
Rangkaian Paralel
Rangkaian Paralel merupakan salah
satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis edar untuk mengalirkan
arus. Dalam kendaraan bermotor, sebagian besar beban listrik dihubungkan
secara paralel. Masing-masing rangkaian dapat dihubung-putuskan tanpa
mempengaruhi rangkaian yang lain. Sifat-sifat rangkaian paralel adalah sebagai
berikut:
1)
Tegangan pada masing-masing beban
listrik sama dengan tegangan sumber.
2)
Masing-masing cabang dalam rangkaian
parallel adalah rangkaian individu. Arus masing-masing cabang adalah tergantung
besar tahanan cabang.
3)
Sebagaian besar tahanan dirangkai
dalam rangkaian parallel, tahanan total rangkaian mengecil, oleh karena itu
arus total lebih besar. (Tahanan total dari rangkaian parallel adalah lebih
kecil dari tahanan yang terkecil dalam rangkaian.)
4)
Jika terjadi salah satu cabang
tahanan parallel terputus, arus akan terputus hanya pada rangkaian tahanan
tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap bekerja tanpa terganggu oleh
rangkaian cabang yang terputus tersebut (Hayt, 2005).
Prinsip
dalam Rangkaian Paralel adalah sebagai berikut:
1) Seper hambatan
paralel merupakan hasil penjumlahan seper tiap-tiap hambatan paralelnya.
2) Kuat arus
dalam percabangannya berbeda-beda dan perbandingan kuat arus tiap-tiap
percabangan berbanding terbalik dengan perbandingan hambatan tiap-tiap
percabangannya serta hasil penjumlahan kuat arus tiap-tiap percabangannya sama
dengan kuat arus totalnya.
3) Beda
potensial/ tegangan tiap-tiap percabangannya tetap dan besar tegangan setiap
percabangan sama dengan tegangan totalnya.
V total = V1 = V2 = V3 = .. Vn
1/R total = 1/R1 + 1/R2 + … 1/R n
Contoh
paling sederhana penerapan rangkaian listrik paralel dalam kehidupan
sehari-hari adalah pada distribusi listrik PLN kerumah-rumah dan stop kontak merupakan
rangkaian paralel dengan jala-jala.
c.
Perbedaan Rangkaian seri dan paralel
adalah sebagai berikut:
1)
Rangkaian seri
besar arus listriknya sama besar, tapi besar tegangannya berbeda-beda
tergantung besar hambatan pada rangkaian tersebut.
2)
Rangkaian paralel,
besar tegangan adalah sama untuk masing hambatan yg terpasang, tapi arusnya berbeda
tergantung besar hambatan yg terpasang.
3)
Rangkaian seri,
total hambatan tinggal dijumlah aja semua, kalo rangkaian paralel, jumlah
hambatan adalah 1/Rt = (1/R1)+(1/R2)+ ...
4)
Jumlah total
hambatan pada rangkaian seri, lebih besar dari rangkaian paralel.
5)
Total
daya yg diserap rangkaian seri biasanya ebih besar dibanding rangkaian paralel
(Hyat, 2005).
3.
Hukum Kirchoff
Dari jenis rangkaian di atas, maka akan berlaku
persamaan berikut dengan menganggap arah loop searah arah arus :
I . R + I . r – E = 0, atau
I . R = E – I . r
E = I (R + r)
I = E atau (R + r)
I . R = beda potensial pada komponen resistor R atau tegangan jepit
(Suteja, 2007).
4.
Daya Listrik
Daya
Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power yaitu jumlah energi yang diserap atau
dihasilkan dalam sebuah rangkaian. Sumber energi seperti tegangan listrik akan
menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang terhubung dengannya akan
menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, daya listrik adalah tingkat konsumsi
energi dalam sebuah rangkaian listrik. Misalnya pada lampu pijar dan heater
(pemanas). Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya
menjadi cahaya sedangkan heater
mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai
Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya (Zuhal, 2004).
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat listrik adalah
merupakan besar energi listrik (W) yang muncul tiap satuan waktu (t) sehingga
dapat dituliskan :


D. METODOLOGI
a.
Tempat dan Waktu
Praktikum
Hari, tanggal : Selasa , 20 September 2016
Tempat :
Laboraturium IPA 2
Pukul :
07.30 - 09.10 WIB
b. Alat
dan Bahan
1. Saklar
2. Lampu
3. Jepit
saklar
4. Kabel
penghubung (hitam dan merah)
5. Jembatan
penghubung
6. Baterai
c. Prosedur
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
A B C
E.
DATA PENGAMATAN
No. rangkaian
|
Jumlah baterai
|
Jumlah daya (v)
|
Nyala lampu
|
A
|
3
|
4,5
|
+++
|
B
|
2
|
3,0
|
++
|
C
|
1
|
1,5
|
+
|
Keterangan
:
+ : Nyala
redup
++ : Nyala
terang
+++ : Nyala
sangat terang
F.
PEMBAHASAN
Praktikum
yang berjudul “Daya Listrik terhadap Nyala Lampu”, dilaksanakan pada hari Selasa,
20 September 2016 di Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
pada pukul 07.30 sampai 09.10 WIB. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh daya listrik terhadap nyala lampu.
Pada
praktikum ini, praktikan menggunakan berbagai macam alat. Alat yang praktikan
gunakan antara lain, seperangkat alat kit listrik dan magnet yang terdiri dari
saklar, lampu, jepit steker, kabel penghubung yang berwarna hitam dan merah,
jembatan penghubung, baterai, dan papan rangkaian. Alat-alat yang digunakan
memiliki fungsinya masing-masing, antara lain saklar yang berfungsi untuk
menghidupkan atau mematikan lampu. Lampu digunakan untuk mengetahui apakah
rangkaian tersebut mengalir arus listrik atau tidak. Jepit steker digunakan
sebagai saluran untuk sumber daya listrik. Kabel penghubung berwarna hitam dan
merah berfungsi untuk penghantar arus listrik. Jembatan penghubung juga
digunakan untuk menghantarkan arus listrik. Baterai berfungsi sebagai sumber
daya listrik. Sedangkan papan rangkaian untuk meletakkan komponen-komponen
menjadi suatu rangkaian elektronika.
Langkah
kerja dalam praktikum ini yang pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Kemudian merangkai alat seperti pada gambar yang terdapat dalam
metode praktikum. Selanjutnya, membandingkan nyala lampu pada rangkaian a,b,
dan c dan mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Pada
percobaan kali ini, variabel yang digunakan praktikan adalah variabel bebas
meliputi besar daya listrik atau jumlah baterai, variabel kontrol yaitu
rangkaian alat secara seri dan variabel terikatnya yaitu tingkat terangnya
nyala lampu.
Percobaan
ini menggunakan arus listrik searah atau arus DC. Menurut (Sutejo, 2007), arus DC digunakan untuk peralatan
elektronika dalam skala kecil seperti penggunaan baterai.
Pada
percobaan pertama yaitu rangkaian alat a, praktikan merangkai alat dengan
rangkaian seri dan baterai yang digunakan sebanyak tigaunit. Daya listrik yang
digunakan menggunakan tegangan sebesar 4,5 volt. Dengan jumlah baterai dan daya
listrik tersebut nyala lampu yang dihasilkan yaitu sangat terang. Selanjutnya,
pada percobaan kedua yaitu rangkaian alat b, praktikan merangkai alat secara
seri menggunakan baterai sebanyak duaunit. Daya listrik yang digunakan
menggunakan tegangan sebesar 3 volt. Dengan jumlah baterai dan daya listrik
tersebut nyala lampu yang dihasilkan yaitu terang. Sedangkan, pada percobaan
ketiga yaitu rangkaian alat c, praktikan merangkai alat secara seri menggunakan
baterai sebanyak satu buah. Daya listrik yang digunakan menggunakan tegangan
sebesar 1,5 volt. Dengan jumlah baterai dan daya listrik tersebut nyala lampu
yang dihasilkan yaitu redup.
Berdasarkan
data yang diperoleh berupa tingkat terangnya nyala lampu dapat diketahui bahwa
nyala lampu terang maupun redup dipengaruhi oleh arus listrik yang mengalir dan
daya listrik yang diterima. Semakin besar daya listrik yang diterima, maka
semakin terang nyala sebuah lampu, dmikian pula sebaliknya, semakin kecil daya
listrik yang diterima, maka semakin redup nyala sebuah lampu. Menurut
literatur,semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang
dikonsumsinya (Zuhal, 2004).
G.
KESIMPULAN
Semakin besar daya maka nyala lampu semakin
terang
DAFTAR PUSTAKA
Sutejo . 2007 . Fisika 3 . Jakarta : Balai Pustaka.
Mikrajuddin,
Abdullah . 2007. Fisika I . Bandung : Erlangga.
Hayt , William H, dkk . 2005 . Rangkaian Listrik Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Zuhal, dkk . 2004 . Prinsip Dasar Elektroteknik . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat- alat
praktikum
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Lampiran 2. Rangkaian listrik
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |















Comments
Post a Comment